(GS)
Kerangka Kerja Teoritis---->
Kerangka kerja teoritis
merupakan dasar dari keseluruhan proyek penelitian. Di dalamnya dikembangkan,
diuraikan dan dielaborasi hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang
telah diidentifikasi melalui proses pengumpulan data awal,
baik wawancara atau
observasi, dan juga studi literatur dalam kajian pustaka. Menurut Uma Sekaran
(1984), yang dimaksud dengan “kerangka kerja teoritis adalah model konseptual
yang menggambarkan hubungan di antara berbagai macam faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai sesuatu hal yang penting bagi suatu masalah.“.[1]
Dengan kata lain, kerangka kerja teoritis membahas keterhubungan antar variabel
yang dianggap terintegrasikan dalam dinamika situasi yang akan diteliti.
Melalui pengembangan kerangka kerja konseptual, memungkinkan kita untuk menguji
beberapa hubungan antar variabel, sehingga kita dapat mempunyai pemahaman yang
komprehensif atas masalah yang sedang kita teliti.
Kerangka kerja teoritis yang
baik, mengidentifikasikan dan menyebutkan variabel-variabel penting yang
terkait dengan masalah penelitian. Secara logis menguraikan keterhubungan di
antara variabel tersebut. Hubungan antara variabel independen dengan dependen,
dan kalau ada, variabel moderator dan juga intervening akan dimunculkan.
Hubungan tersebut tidak hanya digambarkan, melainkan juga diterangkan secara
rinci. Seringkali, kerangka kerja teoritis dikenal dengan model, karena model
juga merupakan representasi dari hubungan antara konsep-konsep.
Ada komponen dasar yang
seharusnya ditampakkan dalam kerangka kerja teoritis.
1.
Variabel-variabel yang dianggap relevan untuk diteliti
harus diidentifikasi secara jelas dan diberi label.
2.
Penjelasan tentang bagaimana hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya.
3.
Penjelasan sifat
hubungan antar variable tersebut, positif atau negatif.
4.
Penyertaan diagram sebagai visualisasi, agar pembaca
lebih mempunyai gambaran.
Setelah masalah penelitian
berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah berikutnya adalah mengajukan
hipotesis yang didasarkan dari kajian mendalam teori-teori yang relevan dengan
variabel-variabel penelitian. Agar sebuah kerangka teoretis meyakinkan maka
argumentasi yang disusun dalam teori-teori yang dipergunakan dalam membangun
kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai
secara lengkap dengan mencakup perkembangan terbaru.
Disamping itu, kerangka
teori juga dapat dilakukan melalui pengkajian hasil-hasil penelitian yang
relevan yang telah dilakukan peneliti lainnya. Hasil penelitian orang lain yang
relevan dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan
pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Berdasarkan kajian teoretis
dan hasil-hasil penelitian yang relevan, maka tahap berikutnya peneliti
menyusun kerangka berpikir yang mengarahkan perumusan hipotesis.
Dengan demikian produk akhir
dari proses pengkajian kerangka teoretis adalah perumusan hipotesis. Secara
ringkas, langkah penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis dapat
dibagi ke dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
·
Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan
dipergunakan dalam analisis.
·
Pembasan mengenai penelitian-penelitian lain yang
relevan.
·
Penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan
premis-premis sebagaimana yang terkandung dalam teori dan hasil penelitian
tersebut dengan menyatakan secara tersurat pernyataan, postulat, asumsi, dan
prinsip yang dipergunakan.
·
Perumusan hipotesis.
Sumber artikel : http://menulisproposal.blogspot.com
[1] Uma Seakaran, Research Methods for Business, A Skill
Building Approach, Second Edition, 1984 – terjemahan penulis.
terimaksih atas kunjungan sobat semua, jgn lupa kunjungi juga blog sya yang baru :
BalasHapushttp://zakypotensi.blogspot.com
sebagai awam, jujur saya agak susah memahami tulisan bapak, boleh saya minta penjelasan yg disertai contoh agar saya lebih mudah memahami. Terima kasih atas sharing ilmunya.
BalasHapusmantap
BalasHapus